adv-i.com – Selama setengah abad terakhir, beberapa merek Amerika raksasa telah meraih dominasi dunia. Ke mana pun Anda pergi, Anda bisa melihat lima logo di bawah ini di mana-mana.
Lima logo dari perusahaan di Amerika ini terdiri dari wordmark dengan detail kecil namun mudah diingat, yang cukup membedakan mereka dari para kompetitor. Mereka memiliki logo yang simpel namun ikonik, sedemikian ikonik hingga orang mudah mengenali bahkan tanpa ditempeli nama sekalipun. Mereka juga memiliki sesuatu yang disebut faktor siluet: warnai mereka menjadi hitam dan putih, tanpa detail, dan Anda masih bisa tetap mengenali mereka.
Jadi pelajaran apa yang bisa kita pelajari dari mereka? Nah, selain dominasi mereka – pengulangan melahirkan keakraban – dan kualitas obyektif desain mereka, ada beberapa faktor umum yang bisa dilihat. Berikut ini adalah 5 Logo Ikonik dan Pelajaran yang Bisa Anda Petik.
1. Coca-Cola: Menjaga kearifan brand
Dr John S Pemberton mungkin telah menyempurnakan formula Coca-Cola di tahun 1880-an, tetapi akuntannya, Frank M Robinson, tidak hanya memilihkan nama, tetapi juga menulisnya dalam bentuk kaligrafi kursif yang khas, yang mendefinisikan mereknya hingga satu abad lebih.
Robinson memilih gaya Spencerian rumit yang saat itu sedang tren. Tetapi sementara merek-merek lain – terutama pesaing berat, Pepsi – menghapus logo ‘tulisan tangan’ mereka demi sesuatu yang lebih bersih dan lebih modern, Coca-Cola tetap bertahan dengan logo lawasnya.
Banyak evolusi dan penyempurnaan telah terjadi, tetapi kepercayaan diri untuk berpegang pada logo skrip kursif membantu membentuknya menjadi salah satu logo paling terkenal di dunia.
What can we learn from Coca-Cola? The simple adage that if it isn’t broken, don’t fix it. Can you imagine setting Coca-Cola in a neutral sans-serif font? No: the heritage and brand collateral accumulated in that script is far too important to lose.
Apa yang bisa kita pelajari dari Coca-Cola? Pepatah lama menyebut bahwa jika tidak rusak, jangan diperbaiki. Mungkinkah Anda membayangkan bila logo Coca-Cola dibuat dalam font sans-serif netral? Tidak. Peninggalan dan brand yang tertanam dalam logo itu terlalu penting untuk diganti.
2. McDonald’s: berikan gambaran perubahan
Siapa yang bisa menduga bahwa perusahaan yang dimulai pada tahun 1940 sebagai ‘McDonald’s Famous Barbecue’ akan tumbuh menjadi franchise makanan cepat saji terbesar di planet ini?
Iterasi pertama dari logo ‘M’ McDonald’s yang ikonik muncul pada tahun 1961, mengacu pada arsitektur khas restoran, yang dirancang oleh Stanley Meston: sepasang lengkungan emas yang berwarna terang.
Like Coca-Cola, the brand has seen various incremental updates – added shadows, new slogans, and notably the confident removal of the wordmark that once cut across one of the arches, leaving the symbol to hold all the brand collateral.
Seperti Coca-Cola, brand ini telah membuat berbagai pembaruan tambahan – menambah bayangan, menulis slogan baru, dan terutama menghilangkan wordmark “McDonald”, hingga yang tersisa hanya simbol lengkungan kuning, yang sampai saat ini terus bertahan.
Tetapi mungkin hal terbesar yang dapat kita pelajari dari McDonald’s adalah tentang reposisi merek. Di tengah meningkatnya obesitas anak, franchise McD di AS mengalihkan fokus pemasarannya dari anak-anak Happy Meal menuju profesional muda yang lebih sadar lingkungan, mengabisnisumkmonline.com/l target pasar yang beririsan dengan Starbucks.
Lengkungan emas yang khas tetap ada, tetapi warna merah utama yang terang telah ditukar dengan warna hijau yang digunakan di banyak restoran Eropa. Karakter kekanakan seperti Ronald McDonald dan karakter Hamburglar kini enyah, dan seluruh value dari logo langsung terasa berbeda.
Dari sini kita bisa mengabisnisumkmonline.com/l pelajaran: warna dapat mempengaruhi makna dari sebuah logo secara signifikan. Saat sebuah perusahaan melakukan pivot, atau melakukan perubahan target pasar, kita bisa menunjukkan itu dengan perubahan warna logo kita.
3. Nike: Simbol sederhana sudah cukup
Sebuah merek apparel raksasa dari Amerika, yang berbasis di Portland, Oregon, Nike memiliki salah satu simbol paling sederhana di daftar ini – dan sebenarnya itulah bagian dari daya tariknya.
Mahasiswa desain Carolyn Davidson hanya dibayar $ 35 untuk desain logo ini pada 1971, dan tanggapan Phil Knight adalah – ‘Saya tidak menyukainya, tetapi kelak akan terbiasa’ – yang pada akhirnya terbukti benar.
Davidson menghabiskan waktu sekitar 17 jam untuk akhirnya menciptakan ikon “Swoosh” sebagai cara untuk menggambarkan gerakan sepatu dengan cara yang bersih, klasik, dan sederhana. Dia menggambarkan sketsa ide ini di selembar tisu, dan menempatkannya di sebuah sepatu untuk mengujinya.
What can we learn from the Nike logo? Simple: the huge impact you can achieve with an incredibly simple symbol, if you treat it with respect and build equity – and attitude – into it over time. A child could draw the “Swoosh” on a napkin, but it unmistakably belongs to Nike.
Sementara wordmark ‘Nike’ dengan typeface Futura Bold adalah bagian dari logo sampai 1995. Tulisan Nike kemudian dihilangkan sehingga, sama dengan McDonald’s, semua ekuitas merek sekarang bertahan dengan “Swoosh”yang ikonik itu.
Apa yang bisa kita pelajari dari logo Nike? Sederhana: dampak besar dapat Anda capai melalui simbol yang sangat sederhana, jika Anda memperlakukan logo ini dengan hormat dan membangun brand – serta value – ke dalamnya dari waktu ke waktu. Melihat logo Nike melambangkan olahraga, dinamis, dan sportif. Ini tidak terjadi karena logo tersebut menggambarkannya; ini terjadi karena branding secara konsisten yang disertai dengan logo tersebut sebagai pendamping.
Jika sebuah brand sedemikian terkenal, sebuah logo yang super simpel pun sudah cukup. Seorang anak bisa menggambar “Swoosh” di atas serbet, tapi itu pasti milik Nike.
4. Apple: Bangun loyalitas terhadap brand melalui inovasi
Sejak era di mana iPhone membawa Apple kepada kejayaan masif, sulit untuk tidak melihat buah dengan bekas gigitan yang khas itu.
Hanya sedikit yang ingat versi paling awal dari logo Apple. Logo versi pertama diusulkan oleh co-founder Ronald Wayne, menggambarkan Isaac Newton di bawah pohon apel. Steve Jobs dengan cepat membawa desainer grafis Rob Janoff untuk memperbaikinya, dan yang tersisa adalah sejarah.
Janoff memperkenalkan palet pelangi untuk merayakan layar berwarna inovatif milik Mac, sebuah lambang yang bertahan selama 20 tahun. Sejumlah detail lainnya ditambahkan dan dihapus sejak akhir 1990-an, tetapi bentuk yang ikonik itu tetap konstan.
baca juga 4 Kesalahan dalam Branding dan Bagaimana Cara Menghindarinya
Kita bisa belajar banyak hal dari kekuatan raksasa teknologi California ini, tetapi yang terpenting adalah makna inti: logo yang “berubah namun tetap sama” ini telah melambangkan komitmen tanpa henti terhadap inovasi dan kualitas yang tidak bisa dipalsukan.
Detail glossy pada logo yang sempat ada saat Apple masih di bawah kendali Jobs mungkin sudah agak menghilang, tetapi tanpa produk berkualitas, logo Apple itu tidak akan pernah mendapatkan penghormatan dari para penggemar super di seluruh dunia seperti sekarang. Logo yang dirancang oleh desainer terbaik di dunia sekalipun tidak dapat menutupi produk di bawah standar untuk waktu yang lama.
5. Starbucks: Temukan makna brand di tempat yang tak biasa
Setelah memulai perjalanan bisnis pada tahun 1971 sebagai pengecer biji kopi sederhana di Seattle, Starbucks kini menjual produk dagangannya di lebih dari 60 negara, di bawah logo hijau yang khas.
Karena perusahaan ini dinamai dari tangan kanan Kapten Ahab di cerita anak-anak Moby Dick, desainer logo Terry Heckler segera menenggelamkan diri pada buku-buku laut lama untuk mendapatkan inspirasi. Hasilnya, ia menemukan sebuah ukiran kayu Nordik pada abad ke-16 bergambar sepasang duyung.
Sang duyung kemudian berkembang menjadi maskot merek yang sangat dicintai, sebuah hubungan yang tak biasa dengan kopi justru Starbucks kedudukan pasar yang signifikan. Logo ini secara signifikan digambar ulang sejak versi asli asli Heckler – termasuk perbaikan besar pada 2011, dengan bantuan Lippincott – tetapi ciri khasnya tetap ada sampai hari ini.
Apa yang bisa kita pelajari dari Starbucks? Cukup sederhana, tak masalah bila logo tidak memiliki hubungan dengan produk yang Anda jual, selama Anda mau dan mampu menanam branding yang kuat.
baca juga 11 Mitos tentang Branding dan Faktanya
Pilihan untuk menggunakan gambar putri duyung – karena menggunakan nama Starbucks, dan menambahkan kata ‘kopi’ sudah cukup, dan ini berhasil meletakkan Starbucks dan logo duyungnya dalam logo bersejarah dari Amerika.
Nah, demikian tadi 5 Logo Ikonik dan Pelajaran yang Bisa Anda Petik. Beberapa pelajaran yang terdapat di dalam logo-logo ini, semoga bisa Anda terapkan dalam proses branding dan pembuatan logo bisnis Anda.
Meta description: Kami melihat 5 Logo Ikonik yang ada di dunia, dan mengulik pelajaran yang bisa Anda petik darinya. Seperti apa?
Tags: branding, visual branding, logo, inspirasi logo, cara melakukan branding, tips branding, artikel tentang branding, logo branding