bisnisumkmonline.com/ – Seorang pecandu sangat sulit untuk sembuh dari ketergantungan narkotika. Tak sedikit yang kembali menggunakan barang haram meski telah masuk lapas dan direhabilitasi. Agar tak kembali ke dunia gelap, salah seorang mantan pecandu sekaligus mantan napi, Theo memilih jalan menjadi wirausaha dengan merintis bisnis kacamata kayu.
Theo atau yang memiliki nama lengkap Muhammad Tio Zainuri tersebut tak ingin selamat seorang diri. Ia ingin sembuh total dan mengajak teman-temannya agar tak kembali menjadi sampah masyarakat. Karena itulah ia membentuk sebuah yayasan sebelum memulai bisnis kacamata yang menjadi pendapatannya.
Menggalang Komunitas Untuk Berkreasi dan Berbisnis
Yayasan Harapan Hati, demikian wadah non profit yang dibentuk Theo untuk menampung orang-orang yang bernasib sama. Bahkan tak hanya mantan pecandu narkoba dan mantan narapidana, yayasan tersebut pula menaungi para pengidap HIV/Aids. Dari yayasan inilah diajarkan bagaimana para anggotanya dapat memulai usaha dan mampu memenuhi kebutuhan ekonomi secara mandiri.
Theo sendiri telah menjajal banyak bisnis sembari mengurus yayasan. Ia pernah terjun di usaha pertanian organik, kerajinan membuat asesoris hingga usaha pakaian jadi. Namun semua bisnis tersebut berakhir gulung tikar. Meski selalu gagal, Theo tak pernah menyerah untuk menjadi wirausaha.
Hingga suatu hari, seorang aktivis peduli HIV/Aids dari Australia, Simon Field, berkunjung ke Yayasan Harapan Hati. Simon mengenalkan kaca mata kayu kepada Theo dan mengajarkan bagaimana mengembangkan bisnis kacamata tersebut. Segera Theo merasa sangat tertarik.
Theo melihat adanya peluang bisnis yang menjanjikan dari bisnis kacamata. Apalagi bahan yang digunakan sangat unik, yakni dari kayu. Itu pun kayu sisa dari industri mebel. Dari situ Theo pun memutuskan untuk merintis usaha kerajinan dengan membangun bisnis kacamata kayu.
Mahakarya Theo Yayasan Harapan Hati ; Kacamata Kayu Sahawood
Theo memilih nama Sahawood sebagai brand usaha kacamata kayu yang dirintisnya. Semua bahan yang digunakan dalam produksi adalah bahan daur ulang. Ia menggunakan kamprat rantai sepeda untuk engsel kacamata, bahan utama kayu pun didapat dari limbah mebel kayu jati, sisa kayu jadi dan sonokeling asal Surabaya dan Malang.
Menurut Theo, kualitas kacamata kayu Sahawood tak jauh berbeda dengan kacamata biasa yang terbuat dari plastik. Bahkan lebih dari itu, kacamata kayu memiliki keunggulan tersendiri dalam hal keunikan dan serat yang membuatnya indah. Karena serat yang beragam pula, membuat kacamata satu dengan yang lain memiliki corak berbeda meski modelnya sama.
Selain memproduksi frame kacamata kayu dan sunglasses, Sahawood juga memproduksi kacamata polarized UV 400. Theo menuturkan, kacamata tersebut berfungsi sebagai penangkal sinar ultraviolet atau UV yang dapat merusak mata.
Bisnis Kacamata Kayu Sahawood Adapun harga yang dibanderol Sahawood tak berbeda dengan rata-rata harga kacamata biasa. Untuk sebuah kacamata kayu Sahawood, pembeli hanya perlu mengeluarkan kocek Rp 150 ribu hingga Rp 575 ribu. Theo juga menawarkan jasa custom order yang dapat dipesan sesuai keinginan pembeli. Untuk custom order, Theo hanya menarik biaya tambahan sebesar Rp 150 ribu saja.
Sahawood telah memiliki pelanggan di beragam kota di Indonesia, yakni Malang, Bali, Yogyakarta hingga Jakarta. Adapun untuk ekspor, Sahawood telah menembus pasar ekspor ke negara Inggris. Saat ini Theo pun telah menandatangani kontrak dengan distributor di Swiss dan Australia.
Dalam sebulan, omset yang didapat Theo dari kacamata kayu Sahawood mencapai Rp 20 juta. Angka itu belum termasuk penjualan untuk ekspor. Adapun laba bersih Sahawood, Theo donasikan 10 persennya untuk program sosial yayasan.
Memilih Dan Mengembangkan Konsep Social Entrepreneur Dalam Bisnisinya
Theo menjalankan bisnis sebagai social entrepreneur atau wirausahawan sosial. Sebanyak 10 persen laba Sahawood digunakan Theo untuk donasi sosial baik program rehabilitasi untuk para pecandu narkoba, penanggulangan penyakit HIV/Aids hingga untuk program pendidikan anak-anak tak mampu secara ekonomi.
Selain itu, Theo juga merekrut pekerja dari teman-temannya yang telah menyelesaikan rehabilitasi dari kecanduan narkoba. Melalui yayasan yang dibangunnya, ia ingin membentuk komunitas mantan pecandu, mantan napi dan pengidap HIV/Aids agar dapat menyelesaikan masalah bersama, terutama masalah sosial ekonomi. Dengannya, mereka tak akan kembali mengulang kesalahan di masa lalu.
Namun ternyata segala upaya Theo perlu usaha yang lebih keras. Merangkul mereka untuk bekerja di Sahawood tidaklah semudah yang dibayangkan.
Theo sempat mengalami kesulitan untuk membujuk mereka bergabung dan mencari kesibukan agar tak kembali ke jalan yang salah. “Meyakinkan mereka cukup sulit, karena narapidana dan pecandu ini memiliki mental instan dalam mencari uang. Belum lagi, banyak pemicu yang membuat mereka kembali,”
baca juga
1000.001 Ide Bisnis UKM Dengan Modal Mulai 100 Ribu
800 Jenis Usaha Yang Menjanjikan Dengan Modal Kecil
100 Daftar Waralaba Dan Franchise Mulai Dari 1 Juta sd 1 Milyar
Bisnis Kerajinan Tangan Modal Kecil Hasil Luar Biasa
Meski demikian, upaya Theo menjadi social entrepreneur cukup berhasil. Ia kini merekrut 11 pekerja dari mantan pecandu, mantan napi dan pengidap HIV/Aids untuk bekerja di lokasi produksi atau workshopnya di Kota Malang. Ia memberi upah Rp 100 ribu per kacamata yang dibuat. Setiap pekan, Sahawood mampu memproduksi hingga 50 buah kacamata kayu.
Kedepan, Theo berkeinginan untuk menjual Sahawood di gerai-gerai TB Gramedia. Ia juga tengah memikirkan ekspansi dengan membuat jam tangan kayu dan lampu kayu di Kota Pasuruan dengan kerja sama yang dijalin bersama komunitas mantan pecandu pula.
Untuk melihat koleksi Theo, dapat dilihat melalui IG @sahawood.woodenglasses.Mantan Pecandu Sukses Bisnis Kacamata Kayu Sahawood