co.id – Banyak yang berpikiran bahwa perjuangan kuliah di luar negeri sudah selesai begitu telah diterima di universitas pilihan mereka, padahal perjuangan baru saja di mulai loh, . Tidak bisa dipungkiri, kita pasti akan mulai merasa santai dan relax begitu kita tahu kita diterima di universitas pilihan dan/atau mendapatkan beasiswa untuk kuliah keluar negeri karena salah satu tujuan kita sudah tercapai. Tapi, kuliah di luar negeri tidak hanya sebatas ‘diterima’ di universitas luar, kamu harus menjadi alumnus, alias lulus dulu dari universitas tersebut baru bisa bilang kamu sudah kuliah di luar negeri.
Baca: Bingan Dokumen Beasiswa
Nah, kuliah di luar negeri adalah perjuangan yang jauh berbeda dari sekedar melengkapi berkas dan ikut tes wawancara. Kamu akan berada di negara asing dengan orang-orang yang tidak kamu kenal selama bertahun-tahun. Mungkin kamu akan berpikir, ‘Ah, cuma 2 tahun’, tapi ada 365 hari dalam setahun loh, ! Kamu harus sadar kalau kuliah di luar negeri adalah sebuah proses yang memakan waktu. Kamu tidak bisa berkeskpektasi kalau kamu akan santai-santai saja setelah mendapat kepastian kuliah di luar negeri. Karena, proses terberat dari semua perjuanganmu adalah lulus dari almamater pilihanmu. Biar kamu tidak kaget dan bisa mempersiapkan dirimu dengan lebih baik, yuk, simak artikel ini supaya kamu bisa menyesuaikan ekspektasimu dengan realita yang ada.
Baca juga: Kuliah di Oxford atau Cambridge dengan Beasiswa Jardine
Culture Shock
Sudah tahu dong kalau budaya yang ada di Indonesia sangat berbeda dengan budaya negara tujuanmu? Mungkin kalau kamu memilih kuliah di negara-negara yang masih dalam cakupan Asia Tenggara, culture shock-nya tidak akan sebesar kamu kuliah di negara-negara barat. Walaupun kamu sudah merasa familiar dengan budaya mereka lewat menonton video dan film ataupun lewat membaca novel, kamu harus tahu bahwa menyaksikan sebagai orang ketiga sangat berbeda dengan mengalami sendiri lewat perspektif orang pertama. Kamu tidak hanya perlu paham tapi kamu harus menyesuaikan diri agar tidak menjadi the sore thumb.
Ekspektasi | Realita |
tersenyum pada semua orang dianggap ramah | tersenyum pada orang tidak dikenal dianggap creepy |
Jalan kaki sesuka hati | Jalan kaki ada tata tertib dan lalu lintasnya |
Ada bidet di toilet | hanya tisu yang tersedia |
Baca juga: Kuliah di Korea Selatan? Daftar Beasiswa KGSP aja!
Biaya
Selanjutnya adalah biaya. Seperti yang kita ketahui, sebagai negara yang masih berkembang, nilai mata uang kita sangat rendah dibandingkan dengan negara-negara berkembang seperi Amerika Serikat, Inggris, dan lain-lain. Kalau kamu berkesempatan untuk kuliah di negara-negara tersebut, kamu mungkin akan merasa apa-apa sangat mahal. Biarpun kamu mendapat tunjangan bulanan dari beasiswamu, kamu harus tahu bahwa perbulannya mahasiswa Indonesia yang kuliah keluar negeri membutuhkan biaya mulai dari $800 untuk negara dengan biaya hidup murah sampai $3000 untuk negara-negara seperti Australia ataupun Amerika. Dengan biaya sebesar itu, tentunya kamu akan butuh penghasilan tambahan seperti bekerja parttime, tapi ingat, jangan sampai kuliahmmu terganggu.
Ekspektasi | Realita |
Uang tunjangan dari beasiswa bisa ditabung buat beli rumah pas pulang kampung | Uang beasiswa tidak cukup untuk biaya sehari-hari |
Kerja di fastfood chain bisa bikin kaya | Gaji hanya cukup untuk uang makan |
Makanan
Ini dia yang biasanya akan membuat kamu sangat homesick. Memang sih, makan pizza setiap hari terasa seperti dream comes true. Tapi, akan ada titik dimana kamu sangat merindukan makanan-makanan Indonesia seperti nasi dan penyetan. Tentunya kamu bisa mengakses nasi di negara-negara Asia Tenggara maupun negara-negara barat, bahkan kamu juga bisa mencari restoran yang menjual makanan Indonesia, tetapi harganya akan sangat mahal.
Ekspektasi | Realita |
Lidah akan menyesuaikan tempat tinggal; tiap hari makan pasta, pizza, burger, steak, dll | Ngidam nasi, ikan lele, ikan nila, sambal bawang, ayam geprek, bubur ayam dsb. |
Baca juga: Daftar Universitas Terbaik Untuk Kamu yang Mau Kuliah Keluar Negeri
Akademik
Jika kamu berpikir kamu bisa mengatasi 3 hal di atas, tantangan terakhirmu adalah yang terberat dan terbesar: ekspektasi dan realita akademik. Jika kamu berpikir kamu bisa bersantai-santai saat kuliah karena kamu termasuk pelajar teratas Indonesia yang berhasil menerima beasiswa ke luar negeri, lebih baik pikir lagi deh. Kuliah di luar negeri berarti kamu akan bersaing dengan orang-orang yang seumur hidupnya sudah biasa belajar dengan gaya pembelajaran negara yang kamu pilih. Belum lagi masalah bahasa. Sebagus apapun skill bahasa-mu, kamu bukanlah native speaker. Proses yang terjadi di otak kamu jadi dua kali lipat dibanding native speaker. Kamu masih harus menerjemahkan baru bisa mencerna materi perkuliahan. Jangan lupa bahwa tekanan dari kuliah di luar negeri sangat besar. Kamu tidak hanya dituntut untuk ideal dalam hal akademik tapi juga keorganisasian. Tidak hanya itu, kamu juga harus sadar akan karakter dirimu, jika kamu memilik karakter yang idealis atau perfeksionis, stress dan tekanan tentunya akan menjadi berkali-kali lipat. Jadi, sesuaikan ekspektasimu dari sekarang ya, !
Ekspektasi | Realita |
Nilai Straight A | Tidak perlu mengulang mata kuliah saja sudah syukur |
IPK tembus langit-langit kampus sangking tingginya | Bisa dapat rata-rata standar saja sudah keajaiban |
Yang penting ikut organisasi biar menuhin syarat lulus | Keterlibatan aktif adalah syarat minimum untuk bisa dianggap anggota organisasi |
Ketua organisasi ini, ikut aktifitas itu, aktif di komunitas lokal | Dianggap anggota aja udah senang |
Baca juga: Tips Mengejar Beasiswa Kuliah ke Luar Negeri
Nah, kira-kira itu dia beberapa ekspektasi vs realita yang bisa kamu jadikan accuan untuk menyesuaikan ekpektasi kamu. Tentunya, ekspektasi dan realita ini menyesuaikan negara dimana universitas kamu berada. Ada banyak pelajar Indonesia yang gagal lulus dari almamater mereka, mengidap depresi dan masalah mental lainnya seperti post traumatic syndrome disorder, bahkan kehilangan hidup mereka. Yang perlu kamu ingat, kuliah di luar negeri bukan kesempatan kamu untuk hura-hura, pansos, apalagi cuma ajang pamer. Kuliah di luar negeri juga bukan liburan. Kamu ke negara tujuan itu untuk belajar, lulus, dan mencapai hal-hal besar lainnya.