Valencia Baby Shop Bu Intan

Saat masa jayanya, Valencia Baby Shop terkenal akan antriannya yang mengular di akhir pekan. Terlebih saat grand opening, tujuh tahun silam.

Mereka yang menggendong bayi, rela berdesakan untuk sekedar membeli topi rajutan untuk anaknya. Sedangkan mereka yang belum punya anak, juga ada disana untuk mencari kado keponakan atau rekan kerja.

Begitu cepatnya waktu berjalan. Kini Nanda duduk di bawah kipas angin toko yang tidak bergerak. Kegerahan.

“Dunia sudah berubah menjadi digital, Bu Intan. Kita harus ikut kemana pembeli berada. Valencia Baby Shop harus pindah ke toko online.” Nanda membuka diskusi.

“Apakah ada solusi lain, Nanda? Misalnya kita memindahkan toko ke tengah kota yang lebih ramai?” Bu Intan lekas menjawab.

“Opsi pindah toko itu juga sempat saya pikirkan, Bu. Tapi, cukup beresiko dari sisi finansial karena akan memakan dana besar. Sebenarnya pembeli toko Ibu tidak kemana-mana. Mereka tetap tinggal di perumahan jauh dari kota. Mereka hanya berpindah medium belanja.”

“Maksudnya, Nanda?”

“Jenis usaha Ibu sebenarnya cukup menguntungkan, mengingat kondisi demografi Indonesia yang didominasi penduduk usia muda produktif. Saat ini mereka sudah menjadi para orang tua muda. Mereka juga lah jenis penduduk yang senang berbelanja online.”

“Di siang hari mereka bekerja. Kadang bahkan bapak dan ibunya, anak di rumah dititip ke pengasuh. Banyak orang tua muda sekarang yang juga mengejar karier. Pulang malam, ketemu anak, sudah lelah untuk keluar rumah. Nah, kemana mereka mencari perlengkapan untuk anaknya? Tentu lewat toko online.”

Bu Intan mengangguk. Dia nampak mengeluarkan kertas dan pena, lalu menulis poin-poin dari penjelasan Nanda.

Nanda sengaja menunggu agak lama sampai Bu Intan selesai menulis. Lalu Bu Intan menanggapi.

“Apakah jenis barang dagangan saya termasuk yang cocok untuk dijual online? Pembeli tidak bisa memegang barangnya loh, Nanda. Belum lagi mereka harus menanggung biaya pengiriman.”

Tidak bisa memegang barang. Nanda tersenyum. Sudah kerap dia mendengar komentar itu dari kliennya.

Kesimpulan Nanda hanya satu; dia dan konsultan bisnis lain masih harus bekerja keras untuk mencerdaskan pelaku UKM di Indonesia perihal kekuatan toko online.

“Untuk biaya pengiriman,” Nanda mengawali jawaban, “kebetulan produk Bu Intan punya kelebihan, yaitu berat barangnya relatif ringan. Itu malah bisa menjadi kekuatan lain, karena pembeli pasti akan membeli lebih dari 1-2 baju. Mereka akan membeli banyak sekalian agar berat barang digenapkan ke satu kilogram, supaya tidak boros ongkir.”

Bu Intan mengangguk, lalu kembali mencatat. Raut wajahnya sudah sedikit cerah sekarang.

“Semoga toko online ini benar bisa solutif ya, Nanda. Lalu kita mulai dari mana ya?”

“Untuk langkah awal, kita buat akun sosial medianya bu, khususnya di Instagram. Karena disana banyak calon pembeli potensial wara-wiri. Kita punya keuntungan karena Valencia Baby Shop ada toko fisiknya, jadi lebih mudah untuk marketing-nya. Banyak loh, Bu, toko yang hanya ada di online saja.”

“Setelah itu, kita buka toko di beberapa e-commerce besar di Indonesia. Tentu dengan nama asli toko ini juga. Kita hire satu admin yang khusus mengurus soal ini.”

Bu Intan terus mencatat sejak tadi. Perhatiannya terarah ke Nanda yang berhenti berbicara. Nanda memang sengaja berhenti, karena bagian berikut ini agak rumit.

“Di langkah terakhir, kita buat website toko online, Bu. Dan website ini harus bisa muncul di halaman pertama Google ketika orang menulis keyword pakaian bayi.”

Bu Intan berdehem. Nanda tahu dia sedang menjelaskan dunia digital ke hadapan seorang analog. Dia berusaha memilih kalimat sesederhana mungkin.

“Bisa dijelaskan lebih rinci, Nanda?”

“Di dunia digital, kita berebut untuk menghasilkan website yang bisa muncul di urutan pertama Google, Bu. Tujuannya satu, orang lihat, klik, lalu belanja di website kita. Nah, masalahnya adalah, bagaimana caranya?”

Bu Intan tidak berkomentar. Dia biarkan Nanda menjawab sendiri pertanyaannya.

“Namanya SEO, Bu, sistem optimasi mesin pencari. Ada banyak langkah untuk ini. Salah satunya adalah LSI, singkatnya, kita menulis kata-kata yang mendukung keyword kita. Misal keywordnya pakaian bayi, berarti LSI-nya bisa berupa popok, baju, dan anak.”

“Menarik. Coba teruskan, Nanda.” Tanpa dugaan, Bu Intan senang diajak membahas teknis.

“Kita juga perlu memodifikasi judul dalam halaman website kita, istilahnya title tag modifiers. Khususnya judul yang masih pendek, Bu, kita tambahkan beberapa kata pilihan yang mengundang pembeli. Contohnya seperti kata panduan, tips, terbaik, dan mudah.

“Dunia online menarik ya, kita tidak hanya bersaing barang dagangan. Tapi juga tata bahasa dan kamuflase kata.”

Nanda tertawa. Toko online memang lebih dari sekedar adu barang.

“Lalu, desain website juga perlu diperhatikan, Bu. Kita perlu menjaga supaya pengunjung kita betah. Gak cuma masuk website, tidak sampai sepuluh detik sudah keluar. Untuk toko pakaian bayi, akan banyak menggunakan gambar. Nanti kita pilih tema di wordpress yang cocok untuk ini, bisa tema peak atau float.”

Bu Intan mengangkat tangan. Dia menutup buku catatannya.

“Oke, deal, kita buka toko online. Kamu bisa siapkan kontrak, saya abisnisumkmonline.com/l harga penawaranmu kemarin. Besok siang kita meeting lagi. Kamu bisa siapkan rencana detail website kita ya?”

BisnisUmkmOnline.com

Media Informasi dan Promosi Bisnis UKM Indonesia

Leave a Reply